Spinner Icon

SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA

Author Image
Makro Update · 20 Februari 2017

MENJAGA MOMENTUM PEMULIHAN EKONOMI INDONESIA

 

Di tengah ketidakpastian mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed Funds Rate/FFR) dan naiknya inflasi domestik di bulan Januari 2017, Bank Indonesia (BI)  mempertahankan suku bunga acuannya (7Day Reverse Repo Rate) pada level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diadakan pada tanggal 14 dan 16 Februari 2017. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility pada 4,00% dan Lending Facility pada 5,50%. Ini berarti BI tidak mengubah suku bunga acuan sejak Oktober 2016 setelah diturunkan dari 5,00% di bulan sebelumnya (grafik 1).

Keputusan BI ini merupakan upaya untuk tetap mendukung momentum pemulihan ekonomi nasional mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah dalam tren yang meningkat namun masih lemah. Pada hari yang sama Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Neraca Perdagangan bulan Januari 2017 yang surplus US$1,4 miliar karena ekspor tumbuh sebesar 27,72% yoy sementara impor naik 14,54% yoy. Motor penggerak kenaikan ekspor di bulan Januari ini adalah naiknya harga CPO dan barang tambang yang memang masih mempunyai kontribusi yang besar pada total ekspor Indonesia. Kebangkitan harga komoditas akan meningkatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan secara spasial ini memberikan sinyal positif terhadap daerah-daerah yang sangat tergantung pada produksi CPO dan hasil tambang seperti Riau dan Kalimantan Timur (lihat report Produk Domestik Regional Bruto tanggal 13 Februari 2017).

 

Grafik 1. Policy Rate Bank Indonesia dan the Fed


Sumber: Bank Indonesia

 

Sektor perbankan tetap menunjukkan kondisi yang solid dengan rasio kecukupan modal mencapai 22,7% di bulan Desember 2016, sementara kualitas aset membaik dimana rasio NPL turun dari 3,2% di November 2016 ke 2,9% di Desember 2016. Fungsi intermediasi perbankan juga membaik karena pertumbuhan kredit mencapai 7,9% yoy dan pertumbuhan DPK sebesar 9,6% yoy di bulan Desember 2016 (grafik 2). Penurunan suku bunga acuan sebesar 150bps sepanjang 2016 diikuti perbankan dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 122bps dan suku bunga kredit sebesar 79bps. Indonesia memasuki Tahun Pemulihan di 2017 dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan kondisi perbankan yang lebih stabil, sehingga BI memperkirakan pertumbuhan kredit dan DPK masing-masing akan mencapai 10-12% dan 9-11% .

Grafik 2. Pertumbuhan Kredit dan DPK serta LDR


Sumber: Bank Indonesia

 

Ekonomi AS yang membaik dan inflasi yang terus meningkat serta pasar tenaga kerja AS yang sudah mendekati full employment, mendorong the Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan yang diperkirakan sampai tiga kali pada tahun ini. Ditambah dengan rencana ekspansi kebijakan fiskal presiden AS Donald Trump maka pada akhirnya kondisi ini akan memperkuat nilai tukar dolar AS. Ini merupakan faktor global yang akan mempengaruhi kebijakan moneter BI. Sementara faktor dari dalam negeri terkait dengan rencana pemerintah menaikkan tarif listrik dan harga BBM non subsidi yang akan mendorong kenaikan inflasi pada tahun 2017 ini. Akibatnya ruang untuk penurunan suku bunga acuan BI sudah sangat terbatas, dan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dapat terjadi di semester 2 2017 jika kenaikan FFR dan inflasi domestik lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar. Sepanjang semester 1 2017, BI masih dapat menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif melalui optimalisasi bauran kebijakan moneter (seperti misalnya rencana penerapan GWM averaging) dan lanjutan kebijakan makroprudensial.


Oleh:

Winang Budoyo
Chief Economist bank BTN

 

Artikel Terkait

Lihat Semua

Artikel Terpopuler

Lihat Semua