Housing-Estate.com, Jakarta - Program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah sejak dua tahun lalu belum berjalan sesuai target yang diharapkan. Kendati sudah dilakukan sosialisasi dan terbosan realisasinya belum menggembirakan. Kerjasama yang digalang pemerintah dengan pengembang dan dan perbankan dampaknya belum signifikan terhadap percepatan pembangunan rumah untuk kalangan menengah bawah itu.
Menurut Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) Lana Winayanti, sejak program ini diluncurkan total rumah yang dibangun hampir 500 ribu unit. Total anggaran yang disalurkan sebanyak Rp28,6 triliun. Anggaran sebesar itu digunakan untuk untuk program pembiayaan perumahan melalui skema fasilitas pembiayaan perumahan (FLPP), subsidi selisih bunga (SSB), dan bantuan uang muka (BUM).
“Kalangan MBR yang mendapatkan fasilitas ini 74 persen dari kalangan karyawan swasta, 13 persen PNS, dan 8 persen wiraswasta atau pekerja informal. Ke depan ini akan terus didorong dengan berbagai kemudahan sistem dan aplikasi supaya mempercepat penyerapan program rumah murah,” ujarnya kepada housing-estate.com di Jakarta, Senin (12/6).
Lana menyebutkan pihaknya sudah banyak melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan suplai rumah. Dana yang dianggarkan juga cukup besar. Selain rumah sederhana tapak pemerintah juga membangun rumah susun sewa (rusunawa), rumah khusus, pemberian bantuan kualitas perumahan.
Tahun ini anggaran FLPP sebesar Rp9,7 triliun dan ada pengembalian pokok dari cicilan konsumen Rp1,77 triliun. Selain itu masih ada bantuan untuk program perumahan berupa pinjaman dan hibah dari Bank Dunia dan saat ini tengah diujicobakan untuk 156 unit rumah. Hingga Mei 2017 sudah disalurkan sebanyak 3.849 unit dari target 120 ribu pembiayaan FLPP. Untuk SSB belum tersalurkan dari anggaran yang disediakan sebanyak Rp3,7 triliun untuk 225 ribu unit rumah, sementara untuk program BUM sudah tersalurkan sebanyak 639 unit rumah.
Sumber : housing-estate.com
