Spinner Icon

Eddy Hussy Sukses "Memaksa" Pemerintah Terbitkan Kebijakan Pro Industri

Author Image
Berita Terkini · 14 Desember 2016
JAKARTA, KOMPAS.com - Tampuk kepemimpinan Real Estat Indonesia (REI) telah resmi berpindah dari Eddy Hussy ke Soelaeman Soemawinata pada akhir November 2016 silam. Beberapa catatan mewarnai  tiga tahun kepemimpinan Eddy Hussy di REI.


Eddy menjabat sebagai Ketua Umum REI terhitung sejak 2013-2016 atau pada masa yang disebut banyak pengamat dan pelaku bisnis properti sebagai ledakan industri properti Indonesia.


Setelah itu, pada 2014-2016 muncul peristiwa-peristiwa seperti pemilihan umum, pilkada serentak, krisis Yuan, dan British Exit (Brexit) yang mengiringi kepemimpinan Eddy Hussy serta membuat industri properti Indonesia mulai menurun.


Jadi, dapat dikatakan periode 2013-2016 adalah masa-masa konsolidasi properti.


"Pada waktu itu kepemimpinan Eddy Hussy banyak menyangkut soal tax amnesty, memasyarakatkannya bersama pemerintah dengan harapan bisa memperbaiki properti yang sedang sulit," kata Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit kepada Kompas.com, Selasa (13/12/2016).


Namun, sambung Panangian, harapan itu sedikit keliru lantaran uang tebusan dari amnesti pajak masih belum banyak masuk ke properti Indonesia mengingat sektor ini belum menunjukkan peningkatan.


"Amnesti pajak ini berhasil tapi untuk ke properti masih belum. Padahal banyak yang terlalu bersemangat dan kecewa secara bersamaan karena terlalu optimistis," tambah dia.


Kendati demikian, di tengah banyaknya masalah tersebut, Panangian menilai Eddy Hussy telah mampu membawa REI ke arah lebih baik. Dia juga dianggap berhasil membuat pemerintah mengeluarkan berbagai macam kebijakan yang pro-bisnis properti Indonesia.


Wakil Ketua Umum DPP REI Bidang Pembiayaan dan Perbankan Preadi Ekarto terang-terangan mengatakan, selama tiga tahun kepemimpinan Eddy Hussy, REI mampu "memaksa" pemerintah mengeluarkan aturan pro-industri properti.


"Eddy Hussy bisa mengantar peraturan-peraturan yang digagas REI seperti loan to value (LTV) disetujui pemerintah dan meyakinkan Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan untuk peraturan tersebut," jelasnya beberapa waktu lalu.


Preadi juga menilai Eddy telah berhasil melewati tantangan ketika sektor properti Indonesia melambat.


Oleh sebab itu, dia tak ragu menyebut bahwa kepemimpinan Eddy Hussy menjadi salah satu yang terberat dalam sejarah REI.


"Kepemimpinan Eddy Hussy bisa dibilang paling berat karena masuk dalam masa-masa perlambatan. Namun dia sukses membuat pemerintah banyak menerima masukan REI dan ini tinggal diteruskan saja oleh ketua berikutnya," pungkasnya.


 

Artikel Terkait

Lihat Semua

Artikel Terpopuler

Lihat Semua