Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
terjadi inflasi sebesar 0,56% mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar
108,26 pada Januari 2022. Dari 90 kota, 85 kota mengalami inflasi dan hanya 5
kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,53% mom
dan terendah terjadi di Manokwari sebesar 0,02% mom. Tingkat inflasi Januari 2022 dibandingkan akhir
tahun 2021 yaitu sebesar 0,56% ytd dan tingkat inflasi tahunan dibandingkan
Januari 2021 yaitu sebesar 2,18% yoy.
Grafik 1. Inflasi Bulanan Januari
2022 dan 2021 Berdasarkan Kelompok (% mom)
Sumber: BPS
Inflasi
di bulan Januari 2022 terjadi karena kenaikan harga sebagian besar indeks
kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar
1,17% momkelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,43% momkelompok
perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,51% mom;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar
0,79% momkelompok kesehatan sebesar 0,24% momkelompok transportasi sebesar
0,02% momkelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,41% momkelompok
Pendidikan sebesar 0,08% momkelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran
sebesar 0,36% momdan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar
0,62% mom. Sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan
mengalami penurunan sebesar 0.13% mom. (Grafik 1).
Beberapa
komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Januari 2022, antara lain: daging
ayam ras, ikan segar, beras, telur ayam ras, tomat, rokok kretek, bawang merah,
minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, kontrak/sewa rumah, sabun detergen,
upah asisten rumah tangga, dan mobil. Sementara komoditas yang mengalami
penurunan harga, antara lain: cabai merah, tarif angkutan udara, dan biaya
administrasi transfer uang.
Sementara
dari 11 kelompok pengeluaran, 9 kelompok menyumbang inflasi, 1 kelompok
menyumbang deflasi, serta 1 kelompok tidak memberikan andil terhadap inflasi
nasional. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu:
kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,30%kelompok pakaian dan
alas kaki sebesar 0,02%kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar
rumah tangga sebesar 0,10%kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan
rutin rumah tangga sebesar 0,05%kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,03%dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,04% Sementara kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan
menyumbang deflasi sebesar 0,01% dan sektor transportasi tidak memberikan andil
terhadap inflasi nasional (Grafik 2).
Grafik 2. Sektor Penyumbang Inflasi
Bulan Januari 2022 (%)
Sumber: BPS
Inflasi Umum pada Januari 2022
sebesar 0,56% mom, sedikit menurun dibandingkan inflasi Desember 2021 sebesar
0,57% mom. Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok volatile
food dan administered prices, di tengah kenaikan inflasi
inti. Kelompok inti pada Januari 2022 mencatat inflasi sebesar 0,42% mom,
meningkat dibandingkan inflasi bulan Desember 2021 yang sebesar 0,16% mom.
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil serta kontrak
dan sewa rumah seiring pola musiman awal tahun dan peningkatan mobilitas
masyarakat. Sementara deflasi biaya administrasi transfer uang seiring dengan
implementasi BI-FAST menahan kenaikan inflasi inti lebih lanjut.
Grafik 3. Tingkat Inflasi Januari
2018-Januari 2022 (% mom)
Sumber: BPS
Kelompok volatile food mengalami
inflasi sebesar 1,30% mom pada Januari 2022, melambat dibandingkan inflasi
Desember 2021 sebesar 2,32% mom. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi
oleh deflasi komoditas cabai merah seiring masuknya periode panen di beberapa
sentra produksi. Sementara inflasi komoditas daging dan telur ayam ras menahan
perlambatan inflasi kelompok volatile food yang lebih dalam.
Sedangkan kelompok administered prices pada Januari 2022
mencatat inflasi sebesar 0,38% mom, melambat dibandingkan inflasi Desember 2021
sebesar 0,45% mom. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi
angkutan udara seiring normalisasi harga pascalibur Natal dan Tahun Baru.
Sementara inflasi bahan bakar rumah tangga akibat penyesuaian harga LPG
nonsubsidi, serta aneka rokok seiring dampak kenaikan cukai tembakau menahan
perlambatan inflasi kelompok administered prices lebih
lanjut. (Grafik 3).
Grafik 4. Perkembangan Inflasi
Bulanan dan Tahunan Sejak Januari 2005
Sumber: BPS
Inflasi Umum (Headline) pada
Januari 2022 secara tahunan tercatat sebesar 2,18% yoy, lebih tinggi jika
dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yaitu sebesar 1,87% yoy.
Pemerintah dan Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan
memperkuat koordinasi kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah guna
mengendalikan inflasi 2022 sesuai kisaran targetnya 3,0±1%. (Grafik 4).
Inflasi inti secara tahunan di
Januari 2022 tercatat sebesar 1,84% yoy, meningkat jika dibandingkan dengan
inflasi Desember 2021 sebesar 1,56% yoy. Inflasi inti tetap rendah seiring
permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang tetap
terjaga dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi
inflasi. Inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga
mengalami peningkatan menjadi 3,35% yoy setelah pada bulan sebelumnya sebesar
3,20% yoy. Sedangkan kelompok administered price secara
tahunan juga mengalami peningkatan menjadi 2,37% yoy, dari 1,79% yoy di bulan
sebelumnya.
Dalam Rapat Dewan Gubernur bulan
Januari 2022, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya
pada level 3,50%. Keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas
inflasi, nilai tukar, dan sistem keuangan serta upaya untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Grafik 5. Inflasi dan Suku Bunga
Acuan BI sejak Januari 2005
Sumber: BI & BPS
Untuk melanjutkan pemulihan ekonomi
nasional lebih lanjut pada tahun 2022, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan
bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
serta mendukung upaya perbaikan ekonomi nasional. Kami memperkirakan pada tahun
2022 inflasi masih akan berada pada koridor 3,0±1% sehingga inflasi domestik
belum akan menjadi pendorong kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Sementara secara global inflasi
justru menunjukkan kenaikan yang mendorong bank sentral global menaikkan suku
bunga acuan mereka. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kebijakan yang
akan diambil oleh Bank Sentral AS, The Fed. Awalnya pasar memperkirakan The Fed
akan dua kali menaikkan suku bunganya pada tahun 2022, namun karena inflasi AS
terus meningkat maka kali ini pasar memperkirakan bahwa kenaikan yang dapat
terjadi pada tahun ini dapat mencapai 5 kali atau ada kenaikan sebesar 125bps
di sepanjang tahun 2022. Kenaikan pertama diperkirakan akan dapat dimulai di
Bulan Maret 2022.
Menghadapi kondisi ini, Bank
Indonesia tentunya akan terus menjaga posisi agar tidak behind the curve dengan
mengikuti perkembangan kebijakan The Fed ini. Dengan inflasi domestik yang
masih dalam koridor targetnya maka faktor pendorong kenaikan suku bunga acuan
BI adalah penguatan US Dollar (atau pelemahan rupiah) ketika The Fed mulai
menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga jika sebelumnya kami perkirakan BI7DRR
akan naik di semester II 2022, kali ini bisa saja sudah naik di semester I
2022.