Dengan kondisi harga rumah yang terus naik, maka tidak heran jika program KPR untuk proses memiliki rumah menjadi pilihan primadona bagi banyak orang. Bukan hanya sampai di situ, perkembangan perbankan syariah yang sehat di Indonesia pun turut mendorong masyarakat Indonesia untuk mulai melihat potensi KPR syariah sebagai metode pilihan untuk KPR rumah idamannya.
Dalam masalah persyaratan, baik itu KPR konvensional atau syariah tidaklah jauh berbeda, oleh karena itu setiap orang dapat dengan bebas memilih bentuk KPR manakah yang paling tepat untuknya, karena setiap bentuk memiliki karakternya masing-masing.
Angsuran, bunga, dan margin
Salah satu perbedaan yang paling jelas terlihat di antara KPR konvensional dan syariah adalah skema pembayaran angsuran yang harus dilakukan oleh konsumen.
Pada program KPR konvensional, angsuran yang harus dibayarkan oleh konsumen bergantung pada suku bunga yang dibebankan oleh bank kepada konsumen, bukan hanya itu, besarnya suku bunga yang berlaku juga bersifat fluktuatif (naik turun) setiap tahunnya dipengaruhi berbagai faktor. Oleh karena itu total biaya yang pada akhirnya harus dibayarkan konsumen juga berubah-ubah, bisa lebih berat atau lebih ringan daripada yang diperkirakan pada saat akan mengambil kredit. Bagaimana kewajiban seorang konsumen untuk membayar angsuran juga biasanya ditentukan dari awal dan mengikuti skema yang ditentukan, skema yang umumnya dipilih adalah anuitas yang membuat proses pembayaran angsuran menjadi lebih praktis.
KPR syariah pada sisi lain menekankan pada sistem bagi hasil dan tidak mengenal adanya sistem bunga, hal ini berarti nilai pinjaman KPR syariah adalah besarnya nilai rumah ditambah margin yang ditetapkan. Margin adalah keuntungan yang diambil oleh pihak bank dari pinjaman yang mereka berikan, margin ini sendiri bersifat transparan dan diberitahukan di awal, sehingga para konsumen dapat tahu berapa keuntungan atau profit yang mereka berikan kepada bank dan memperkirakan, apakah hal tersebut layak atau tidak? Margin juga secara mendasar berbeda jauh dari suku bunga, jika suku bunga bersifat fluktuatif, maka margin bersifat tetap dan tidak dapat berubah-ubah lagi. Proses pemenuhan kewajiban angsuran dari KPR syariah juga berbeda dari KPR konvensional, karena pada KPR syariah besar angsuran yang harus dibayar tiap bulannya sudah tetap, baik itu angsuran pokok atau margin yang harus dibayarkan tanpa perlu takut angsuran bahwa perbulannya akan naik di kemudian hari.
Baik itu KPR konvensional ataupun syariah, Anda juga dapat dengan mudah melakukan simulasi KPR sehingga Anda dapat tahu atau memperkirakan berapa besar biaya angsuran yang harus dibayarkan tiap bulannya.
Mana yang lebih baik?
Pertanyaan di atas adalah sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, karena kedua-duanya memiliki karakter yang jauh berbeda yang sesuai untuk orang atau kebutuhan yang berbeda pula. Memang, sudah bukan rahasia lagi bahwa secara sekilas, biaya pembayaran angsuran untuk KPR syariah terlihat lebih mahal daripada konvensional. Namun, jika dilihat dari sifat fluktuatif dari angsuran KPR konvensional, bukanlah tidak mungkin bahwa biaya yang harus dibayarkan tiap bulannya pada angsuran KPR konvensional menjadi jauh lebih mahal daripada KPR syariah. Oleh karena itu, bagi Anda yang mementingkan kepastian, atau memperkirakan bahwa keadaan suku bunga di masa mendatang akan memberatkan Anda, maka metode syariah adalah yang paling tepat bagi Anda, sebaliknya jika Anda memperkirakan bahwa keadaan suku bunga akan membaik di masa depan, pilihlah metode konvensional.