Spinner Icon

Produk Domestik Bruto - Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2021 Kembali Menguat

Author Image
Nabila Azmi
Makro Update · 13 April 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan IV tahun 2021 yang mencapai Rp4.498,0 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp2.845,9 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2020 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02% yoy. Sedangkan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69% jika dibandingkan tahun 2020.

 

Setelah tumbuh melambat pada triwulan III tahun 2021, ekonomi Indonesia kembali tumbuh menguat pada triwulan IV tahun 2021 sebesar 5,02% yoy (Grafik 1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan menguatnya pemulihan ekonomi domestik pasca penyebaran Covid-19 Varian Delta pada Triwulan III 2021. Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh sebesar 3,69% yoy pada tahun 2021. Hasil tersebut sejalan dengan outlook yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dan melampaui pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang tercatat terkontraksi sebesar -2,07%. (Grafik 2).

Perkembangan tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang menunjukkan perbaikan pasca gelombang COVID-19 Varian Delta. Perekonomian global pada triwulan IV tahun 2021 menunjukan tren positif ke arah perbaikan diantaranya terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global mulai September hingga Desember 2021 yang selalu di atas 50 atau pada fase ekspansif. Selain itu, seluruh negara mitra dagang Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan IV 2021, dimana Singapura dan  Amerika Serikat pertumbuhannya melebihi 5% seperti terlihat pada (Grafik 3).

Pada Oktober 2021, IMF memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi 5,9% yoy di 2022, berada di bawah India yang diperkirakan tumbuh sebesar 8,5% yoy. Namun pada Januari 2022, IMF menurunkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,6% yoy pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 6,0% yoy pada tahun 2023 (Grafik 4). Hal ini dipicu oleh penyebaran kasus Varian Omicron yang semakin meningkat, serta risiko dampak kondisi keuangan global yang lebih berat.

Struktur PDB Indonesia menurut Pengeluaran masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 52,91% atau lebih dari separuh PDB Indonesia, diikuti oleh PMTB atau Investasi sebesar 31,01%Ekspor Barang dan Jasa sebesar 23,70%Konsumsi Pemerintah sebesar 11,82%serta Konsumsi LNPRT sebesar 1,18%. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB memiliki peran sebesar 20,54% (Grafik 5).

Setelah sempat melambat pada 3Q 2021, Konsumsi Rumah Tangga kembali menguat menjadi 3,83% yoy pada 4Q 2021 dampak dari menurunnya kasus Covid-19 dan pembukaan kembali aktivitas ekonomi masyarakat. (Tabel 1). Kebijakan pelonggaran PPKM yang diterapkan pemerintah menyebabkan komponen Konsumsi Rumah Tangga kembali menignkat pada 4Q 2021 (Tabel 2). Kelompok makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel kembali menguat sebesar 3,24%, 5,34% dan 2,82%.  Dengan kontribusi Konsumsi Masyarakat yang lebih dari 50% terhadap PDB, maka meningkatnya pertumbuhan Konsumsi Masyarakat ini memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya pertumbuhan PDB pada 4Q 2021.

Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 5,25% yoy di triwulan IV 2021, menguat dibanding pertumbuhannya di 3Q21 yang sebesar 0,66% yoy. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah ini didorong oleh peningkatan realisasi belanja barang dan jasa APBN. Kenaikan realisasi belanja barang dan jasa dipengaruhi oleh pertumbuhan belanja barang non-operasional yang dipengaruhi oleh pelaksanaan program penanganan dampak pandemi COVID-19, seperti pelaksanaan vaksinasi, pembayaran klaim perawatan pasien COVID-19, dan dukungan penanganan kesehatan lainnya.

Investasi juga tumbuh menguat sebesar 4,49% yoy setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,74% yoy. Sementara itu, membaiknya pertumbuhan ekonomi global mendorong peningkatan di sisi perdagangan internasional, akibatnya Ekspor tumbuh sebesar 29,83% yoy dan Impor tumbuh sebesar 29,60% yoy. Pertumbuhan Ekspor ini dipengaruhi oleh tumbuhnya ekspor non migas sebesar 33,80% yoy dan tumbuhnya ekspor migas sebesar 4,50% yoy, serta peningkatan perekonomian sebagian besar mitra dagang utama Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV yang menguat juga dapat ditunjukkan oleh tren positif dari perubahan Google Mobility Index sejak awal triwulan IV tersebut. Google Mobility Index mengalami pertumbuhan bulanan yang positif sejak Maret 2021 yang terus berlanjut sampai Mei 2021. Meningkatnya kembali kasus harian COVID-19 akibat varian Delta di Juni 2021 membuat mobilitas penduduk Indonesia berkurang dan bahkan kembali negatif pada Juli 2021, akan tetapi sejak Agustus hingga Desember 2021 mobilitas masyarakat perlahan meningkat (Grafik 6). Hal ini disebabkan oleh pelonggaran PPKM Darurat oleh Pemerintah, dampak dari mulai melandainya kasus harian COVID-19 di Indonesia serta perayaan Libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun.

Dari sisi Lapangan Usaha, perbaikan didukung oleh pertumbuhan positif dari hampir seluruh Lapangan Usaha. Beberapa lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan positif terbesar yaitu Jasa Kesehatan sebesar 12,16% yoyTransportasi dan Pergudangan sebesar 7,93% yoyPertambangan sebesar 7,78% yoyPengadaan Listrik dan Gas sebesar 7,81% yoydan Informasi dan Komunikasi sebesar 6,21% yoy (Grafik 7). Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan negatif hanya Sektor Jasa Keuangan sebesar -2,59%. Kontraksi sektor jasa keuangan disebabkan oleh tren penurunan suku bunga acuan. Sedangkan sektor Jasa Kesehatan masih mencatat pertumbuhan tertinggi karena pandemi masih berlangsung, sehingga pengeluaran masyarakat untuk keperluan Kesehatan meningkat.

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha masih didominasi oleh 5 sektor utama yang kontribusinya mencapai 63,81%. Kelima sektor tersebut adalah Industri Pengolahan sebesar 18,80%diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,71%Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 11,39%Konstruksi sebesar 10,48%serta Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,43%.

Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pulau besar di Indonesia, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Pulau Maluku dan Papua yang tumbuh sebesar 10,09%, diikuti Sulawesi sebesar 5,67% dan Pulau Jawa sebesar 3,66%. Sedangkan berdasarkan kontribusinya terhadap Perekonomian Nasional, Pulau Jawa sebagai pusat bisnis dan ekonomi masih mendominasi pada tahun 2021 sebesar 57,89%, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,70%, dan Pulau Kalimantan sebesar 8,25%. Pulau Maluku dan Papua menjadi Pulau yang memiliki kontribusi paling kecil yaitu sebesar 2,49%. 

Tren positif juga dapat terlihat dari industri manufaktur di Indonesia, yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang sebesar 53,7 pada bulan Januari 2022, stabil pada fase ekspansi sejak Oktober 2021 (Grafik 9). IHS Markit mencatat, PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2022 melampaui capaian rata-rata negara ASEAN yang sebesar 52,7 dan China sebesar 49,1. Angka PMI tersebut mencerminkan perbaikan pada kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia.

Sektor Real Estat kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,49% yoy pada triwulan IV tahun 2021, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan III sebesar 3,42% yoy. Sektor Real Estat merupakan salah satu sektor yang tetap mencatatkan pertumbuhan positif walaupun kondisi perekonomian terkontraksi, setelah sejak triwulan II-IV tahun 2020 mencatatkan pertumbuhan tahunan yang positif yaitu 2,31% yoy, 1,96% yoy, dan 1,25% yoy (Grafik 10).

Ke depannya, sektor perumahan masih memiliki ruang untuk tumbuh yang sangat besar mengingat masih tingginya angka backlog perumahan nasional dan tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki rumah yang layak. Dengan multiplier effect sektor perumahan yang cukup besar terhadap sektor ekonomi lainnya, sektor perumahan tetap dapat menjadi alternatif yang ideal untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi COVID-19.

Housing Finance Center Bank BTN merilis Indeks Harga Rumah (House Price Index/HPI) pada triwulan IV 2021, dengan pertumbuhan menguat sebesar 5,44% yoy. Pada Grafik 11 tampak bahwa BTN House Price Index,  sebagai salah satu alternatif indeks harga rumah di Indonesia, menunjukkan perubahan trend yang mendahului perubahan pertumbuhan PDB Indonesia. Artinya pertumbuhan BTN House Price Index dapat menjadi leading indicator tumbuhnya kembali ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Indeks Harga Rumah pada triwulan IV yang menguat dipicu oleh kebijakan Pemerintah melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat pada September-Desember.

Selain itu, berbagai stimulus Pemerintah di bidang perumahan mendorong permintaan rumah di tahun 2021. Stimulus tersebut antara lain penurunan bobot risiko ATMR Kredit/Pembiayaan beragun rumah, melonggarkan rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100% untuk semua jenis properti, serta insentif PPN untuk rumah tapak dan rumah susun yang diperpanjang lagi hingga September 2022. Besarnya dukungan Pemerintah ini dapat terlihat pada pertumbuhan KPR Nasional hingga triwulan IV 2021 telah tumbuh sebesar 9,7% yoy, meningkat dibandingkan triwulan III 2021 yang sebesar 9,3% (Grafik 12). Terlihat bahwa ketika pertumbuhan Kredit Nasional mengalami kontraksi pada periode 4Q20-1Q21, pertumbuhan KPR tetap positif sepanjang periode tersebut.

 

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pemulihan ekonomi di Indonesia yang menguat pada triwulan IV dan secara keseluruhan di tahun 2021 sejalan dengan target yang diharapkan oleh Pemerintah.  Kami memperkirakan tahun 2022 ekonomi nasional akan melanjutkan tren positifnya, dimana pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5%-5.5% yoy. Namun demikian, beberapa risiko masih perlu diwaspadai antara lain meningkatnya penyebaran kasus varian omicron, serta berbagai risiko eksternal seperti tekanan inflasi global, kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed serta potensi dampak isu geopolitik yang tengah terjadi.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan Pengeluaran (% yoy)


Sumber: BPS


Tabel 2. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Komponennya (% yoy)


Sumber: BPS

 

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan Sektoral (% yoy)


Sumber: BPS

 

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia s/d Triwulan IV 2021 (% yoy)


Sumber: BPS

Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia secara kumulatif sejak 2011


Sumber: BPS

Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Mitra Dagang Indonesia (% yoy)


Sumber: Bloomberg

Grafik 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global tahun 2022 dan 2023


Sumber: World Economic Outlook Jan 2022,  IMF

Grafik 5. Pertumbuhan PDB Triwulan IV 2021 menurut Pengeluaran (% yoy)


Sumber: BPS         

Grafik 6. Perubahan Google Mobility Index (MoM)


Sumber: Google

Grafik 7. Pertumbuhan PDB Triwulan IV 2021 menurut Lapangan Usaha (% yoy)


Sumber: BPS         

Grafik 8. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Indonesia berdasarkan Pulau

 

Sumber: BPS

Grafik 9. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia


Sumber: CEIC, IHS Markit Jan 2022

Grafik 10. Pertumbuhan Sektor Real Estat dan PDB (% yoy)


 Sumber: BPS

Grafik 11. Pertumbuhan Harga Rumah dan Pertumbuhan Ekonomi (% yoy)


 Sumber: BPS dan HFC BTN, 2022

                                                  Grafik 12. Pertumbuhan Total Kredit dan KPR Tahun 2020-21 (% yoy)


Sumber: OJK

 


 

Artikel Terkait

Lihat Semua

Artikel Terpopuler

Lihat Semua