Spinner Icon

Produk Domestik Bruto Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melanjutkan Perbaikannya Pada Triwulan I 2022

Author Image
Latifah Ida Kurniati
Makro Update · 14 Mei 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan I tahun 2022 yang mencapai Rp4.513,0 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp2.818,6 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2021 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% yoy.

 

Setelah terkoreksi di triwulan III tahun 2021, ekonomi Indonesia terus melanjutkan pertumbuhannya pada triwulan I tahun 2022 sebesar 5,01% yoy (Grafik 1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan menguatnya pemulihan ekonomi domestik seiring meningkatnya kembali mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi. Hasil tersebut sejalan dengan outlook yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk Triwulan I yang berada pada kisaran 4,5% hingga 5,2%.

Perkembangan tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan perbaikan meskipun sedikit terhambat karena ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Perekonomian global pada triwulan I tahun 2022 terus menunjukan tren positif ke arah perbaikan diantaranya terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global mulai Januari hingga Maret 2022 yang selalu di atas 50 atau pada fase ekspansif. Selain itu, seluruh negara mitra dagang Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2022, dimana Vietnam dan Uni Eropa pertumbuhannya melebihi 5% seperti terlihat pada Grafik 2.

Pada Januari 2022, IMF memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi 5,6% yoy di 2022, berada di bawah India yang diperkirakan tumbuh sebesar 9,0% yoy. Namun pada April 2022, IMF menurunkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,4% yoy pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 6,0% yoy pada tahun 2023 (Grafik 3). Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas dan energi dampak konflik Rusia dan Ukraina, serta tekanan ketidakpastian pasar keuangan global.

Struktur PDB Indonesia menurut Pengeluaran masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 53,65% atau lebih dari separuh PDB Indonesia, diikuti oleh PMTB atau Investasi sebesar 30,44%; Ekspor Barang dan Jasa sebesar 23,10%Konsumsi Pemerintah sebesar 5,49%serta Konsumsi LNPRT sebesar 1,18%. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB memiliki peran sebesar 20,48% (Grafik 4).

Setelah kembali menguat pada 4Q 2021, Konsumsi Rumah Tangga tetap tumbuh walaupun sedikit menurun menjadi 3,21% yoy pada 1Q 2022 sebagai dampak dari peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat (Tabel 1). Kebijakan pelonggaran PPKM yang diterapkan pemerintah menyebabkan komponen Konsumsi Rumah Tangga kembali meningkat pada 1Q 2022 (Tabel 2). Kelompok makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel terus menguat sebesar masing-masing 3,61%, 7,05% dan 4,20%.  Dengan kontribusi Konsumsi Masyarakat yang lebih dari 50% terhadap PDB, maka meningkatnya pertumbuhan Konsumsi Masyarakat ini memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya pertumbuhan PDB pada 1Q 2022.

Konsumsi Pemerintah tumbuh melemah sebesar -7,53% yoy di triwulan IV 2021, terkontraksi dibanding pertumbuhannya pada 4Q21 yang sebesar 5,25% yoy. Kontraksi Konsumsi Pemerintah ini dipicu oleh masih rendahnya realisasi belanja barang dan jasa APBN pada periode awal tahun. Sedangkan investasi juga tumbuh walau sedikit turun menjadi sebesar 4,10% yoy setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 4,49% yoy. Sementara itu, tertahannya pertumbuhan ekonomi global mendorong pelemahan di sisi perdagangan internasional, akibatnya Ekspor hanya tumbuh sebesar 16,39% yoy dan Impor tumbuh sebesar 12,53% yoy. Pertumbuhan Ekspor ini dipengaruhi antara lain oleh tumbuhnya ekspor non migas sebesar 19,69% yoy dan terkontraksinya ekspor migas sebesar 11,81% yoy, serta peningkatan perekonomian sebagian besar mitra dagang utama Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I yang menguat juga dapat ditunjukkan oleh tren positif dari perubahan Google Mobility Index. Google Mobility Index mengalami pertumbuhan bulanan yang positif sejak Agustus 2021 yang terus berlanjut hingga akhir tahun 2021. Akan tetapi, pada Februari 2022 peningkatan kasus varian Omicron menyebabkan mobilitas penduduk Indonesia berkurang dan bahkan kembali negatif (Grafik 5). Tetapi, setelah pelonggaran PPKM Darurat oleh Pemerintah, mobilitas masyarakat kembali meningkat pesat mulai Maret 2022 berlanjut hingga April 2022.

Dari sisi Lapangan Usaha, perbaikan didukung oleh pertumbuhan positif dari hampir seluruh Lapangan Usaha. Beberapa lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan positif terbesar yaitu Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,79% yoyJasa lainnya sebesar 8,25%Informasi dan Komunikasi sebesar 7,15%Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 7,04% yoydan Akomodasi Makan dan Minum sebesar 6,53% yoy (Tabel 3). Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Sektor Jasa Pendidikan sebesar -1,53% dan Sektor Administrasi Pemerintahan sebesar -0,63%.

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha masih didominasi oleh 5 sektor utama yang kontribusinya mencapai 65,73%. Kelima sektor tersebut adalah Industri Pengolahan sebesar 19,19%diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,09%Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 12,55%; Konstruksi sebesar 10,42%serta Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,48%. (Grafik 6)

Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pulau besar di Indonesia, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Pulau Maluku dan Papua yang tumbuh sebesar 10,75%, diikuti Sulawesi sebesar 5,37% dan Pulau Jawa sebesar 5,07%. Sedangkan berdasarkan kontribusinya terhadap Perekonomian Nasional, Pulau Jawa sebagai pusat bisnis dan ekonomi masih mendominasi sebesar 57,78%, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,96%, dan Pulau Kalimantan sebesar 8,29%. Pulau Maluku dan Papua menjadi Pulau yang memiliki kontribusi paling kecil yaitu sebesar 2,58%. (Grafik 7)  

Tren positif juga dapat terlihat dari industri manufaktur di Indonesia, yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang sebesar 51,9 pada bulan April 2022, stabil pada fase ekspansi sejak Oktober 2021 (Grafik 8). Angka PMI tersebut mencerminkan perbaikan pada kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Penguatan sektor manufaktur ini diharapkan dapat mendukung semakin solidnya kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022.

Sektor Real Estat kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,78% yoy pada triwulan I tahun 2022, sedikit terkoreksi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2021 sebesar 3,94% yoy. Sektor Real Estat merupakan salah satu sektor yang tetap mencatatkan pertumbuhan positif walaupun kondisi perekonomian terkontraksi, setelah sejak triwulan II 2020 – triwulan I 2021 mencatatkan pertumbuhan tahunan yang positif yaitu 2,31% yoy, 1,96% yoy, 1,25% yoy dan 0,94% yoy (Grafik 9). Sektor perumahan masih memiliki ruang untuk tumbuh yang sangat besar mengingat masih tingginya angka backlog perumahan nasional dan tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki rumah yang layak.

Housing Finance Center Bank BTN merilis Indeks Harga Rumah (House Price Index/HPI) pada triwulan I 2022, dengan pertumbuhan terus menguat sebesar 5,64% yoy. Pada Grafik 10, tampak bahwa Pertumbuhan Indeks Harga Rumah pada triwulan I yang menguat dipicu oleh meningkatnya mobilitas serta aktivitas ekonomi masyarakat pada Januari-Maret. Selain itu, perpanjangan stimulus Pemerintah di bidang perumahan mendorong permintaan rumah pada awal tahun 2022. Stimulus tersebut antara lain pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100% untuk semua jenis properti, serta insentif PPN untuk rumah tapak dan rumah susun yang diperpanjang lagi hingga September 2022.  Besarnya dukungan Pemerintah ini dapat terlihat pada pertumbuhan KPR Nasional hingga triwulan I 2022 telah tumbuh sebesar 10,60% yoy, meningkat dibandingkan triwulan IV 2021 yang sebesar 9,55% (Grafik 11). Terlihat bahwa ketika pertumbuhan Kredit Nasional mengalami kontraksi pada periode 4Q20-1Q21, pertumbuhan KPR tetap positif sepanjang periode tersebut.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pemulihan ekonomi di Indonesia melanjutkan tren positifnya pada triwulan I 2022 dan sejalan dengan target yang diharapkan oleh Pemerintah.  Kami memperkirakan tahun 2022 ekonomi nasional akan terus melanjutkan tren positifnya, dimana pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5%-5.5% yoy. Namun demikian, beberapa risiko masih perlu diwaspadai antara lain meningkatnya harga minyak dunia dan komoditas, tekanan inflasi global, kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed serta dampak isu geopolitik Rusia dan Ukraina seperti pelemahan transaksi perdagangan internasional.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS

 

Tabel 2. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Komponennya (% yoy)

Sumber: BPS

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan Sektoral (% yoy)

Sumber: BPS

 

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia s/d Triwulan I 2022 (% yoy)

Sumber: BPS

 

Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Mitra Dagang Indonesia (% yoy)

Sumber: BPS

Grafik 3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global tahun 2022 dan 2023

Sumber: World Economic Outlook Apr 2022,  IMF

 

Grafik 4. Pertumbuhan PDB Triwulan I 2022 menurut Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS        

 

Grafik 5. Perubahan Google Mobility Index (MoM)

Sumber: Google

Grafik 6. Pertumbuhan PDB Triwulan I 2022 menurut Lapangan Usaha (% yoy)

Sumber: BPS        

             

Grafik 7. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Indonesia berdasarkan Pulau

Sumber: BPS

 

Grafik 8. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia

Sumber: CEIC,  Apr 2022

Grafik 9. Pertumbuhan Sektor Real Estat dan PDB (% yoy)

Sumber: BPS

 

Grafik 10. Pertumbuhan Harga Rumah dan Pertumbuhan Ekonomi (% yoy)

Sumber: BPS dan HFC BTN, 2022

             

Grafik 11. Pertumbuhan Total Kredit dan KPR s.d Triwulan I 2022 (% yoy)

Sumber: OJK

 

Artikel Terkait

Lihat Semua

Artikel Terpopuler

Lihat Semua