Badan
Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan II
tahun 2022 yang mencapai Rp4.919,9 triliun atas dasar harga berlaku dan sebesar
Rp2.923,7 triliun bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010. Jika
dibandingkan dengan triwulan II-2021 maka ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44%
yoy.
Setelah
tumbuh sebesar 5,01% pada triwulan I tahun 2022, ekonomi Indonesia terus melanjutkan
pertumbuhannya pada triwulan II tahun 2022 sebesar 5,44% yoy (Grafik 1).
Sumber: BPS
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia menunjukkan menguatnya pemulihan ekonomi domestik seiring meningkatnya
kembali mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi dan juga tetap terjaganya
kinerja ekspor. Hasil tersebut berada di atas outlook yang dikeluarkan
oleh Pemerintah untuk Triwulan II yang berada pada kisaran 4,5% hingga 5,2%.
Perkembangan
tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan
perbaikan meskipun masih tertahan karena ketegangan geopolitik antara Rusia dan
Ukraina yang masih berlangsung. Perekonomian global pada triwulan II tahun 2022
terus melanjutkan tren positif ke arah perbaikan diantaranya terlihat dari Purchasing
Managers Index (PMI) manufaktur global mulai April hingga Juni 2022 yang
selalu di atas 50 atau pada fase ekspansif. Selain itu, seluruh negara mitra
dagang Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan II 2022, dimana
Vietnam beserta Indonesia pertumbuhannya melebihi 5% seperti terlihat pada Grafik
2.
Sumber: BPS
Pada April
2022, IMF memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi 5,4% yoy di
2022, berada di bawah India yang diperkirakan tumbuh sebesar 8,2% yoy. Namun
pada Juli 2022, IMF merevisi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,3%
yoy pada tahun 2022 dan menjadi 5,2% yoy pada tahun 2023 (Grafik 3).
Sumber: BPS
Hal
ini dipicu oleh masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas dan energi dampak
konflik Rusia dan Ukraina, serta tekanan ketidakpastian pasar keuangan global.
Struktur PDB Indonesia menurut Pengeluaran masih
didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 51,47% atau lebih dari
separuh PDB Indonesia, diikuti oleh Ekspor Barang dan Jasa sebesar 24,68%PMTB
atau Investasi sebesar 27,31%Konsumsi Pemerintah sebesar 6,94%serta
Konsumsi LNPRT sebesar 1,17%. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa sebagai
faktor pengurang dalam PDB memiliki peran sebesar 20,50% (Grafik 4).
Sumber: BPS
Setelah kembali menguat pada 4Q 2021, Konsumsi
Rumah Tangga terus melanjutkan pertumbuhannya menjadi 5,51% yoy pada 2Q 2022 sebagai
dampak dari peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat (Tabel 1).
Sumber: BPS
Kebijakan pelonggaran PPKM yang diterapkan
pemerintah menyebabkan komponen Konsumsi Rumah Tangga kembali meningkat pada 2Q
2022 (Tabel 2).
Sumber: BPS
Kelompok Transportasi dan Komunikasi pertumbuhannya
paling tinggi sebesar 9,68%, diikuti kelompok Restoran dan Hotel serta Pakaian
dan Alas Kaki, sebesar masing-masing 6,61% dan 4,35%. Dengan kontribusi Konsumsi Masyarakat yang
lebih dari 50% terhadap PDB, maka meningkatnya pertumbuhan Konsumsi Masyarakat
ini memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya pertumbuhan PDB pada 2Q
2022.
Konsumsi Pemerintah masih terkontraksi sebesar -5,24%
yoy di 2Q 2022, melanjutkan pertumbuhan negatifnya pada 1Q21 yang sebesar -7,53%
yoy. Kontraksi Konsumsi Pemerintah ini dipicu oleh belum optimalnya belanja Pemerintah
pada periode Semester I ini. Sedangkan investasi juga tetap tumbuh walau melemah
menjadi sebesar 3,07% yoy setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan
sebesar 4,10% yoy. Sementara itu, tertahannya pertumbuhan ekonomi global
mendorong pelemahan di sisi perdagangan internasional, akibatnya Ekspor hanya sedikit
menguat menjadi sebesar 19,74% yoy dan Impor tumbuh melemah sebesar 12,34% yoy.
Pertumbuhan Ekspor ini dipengaruhi antara lain oleh tumbuhnya ekspor non migas sebesar
21,01% yoy dan kontraksi ekspor migas sebesar 8,59% yoy, serta peningkatan
perekonomian seluruh mitra dagang utama Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II yang menguat
juga dapat ditunjukkan oleh tren positif dari perubahan Google Mobility
Index. Google Mobility Index mengalami pertumbuhan bulanan yang positif
sejak Agustus 2021 yang terus berlanjut hingga akhir tahun 2021. Akan tetapi,
pada Februari 2022 peningkatan kasus varian Omicron menyebabkan mobilitas
penduduk Indonesia berkurang dan bahkan kembali negatif (Grafik 5).
Sumber: BPS
Tetapi, setelah pelonggaran PPKM Darurat oleh
Pemerintah, mobilitas masyarakat kembali meningkat pesat mulai Maret 2022
berlanjut hingga Mei 2022. Peningkatan kasus positif Covid-19 di bulan Juni
sedikit mengurangi mobilitas masyarakat, tetapi pada Juli mobilitas masyarakat
perlahan kembali positif seiring penurunan kasus Covid-19.
Dari sisi Lapangan Usaha, perbaikan didukung oleh
pertumbuhan positif dari hampir seluruh Lapangan Usaha. Beberapa lapangan usaha
yang mencatatkan pertumbuhan positif terbesar yaitu Transportasi dan
Pergudangan sebesar 21,27% yoyAkomodasi Makan dan Minum sebesar 9,76%Pengadaan
Listrik dan Gas sebesar 9,33% yoyJasa Lainnya sebesar 9,25%dan Informasi
dan Komunikasi sebesar 8,05% yoy (Tabel 3).
Sumber: BPS
Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan negatif
yaitu Sektor Administrasi Pemerintahan sebesar -1,73% dan Sektor Jasa
Pendidikan sebesar -1,15%.
Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha masih
didominasi oleh 5 sektor utama yang kontribusinya mencapai 65,73%. Kelima
sektor tersebut adalah
Industri Pengolahan sebesar 17,84%diikuti
oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 13,06%Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan sebesar 12,98%Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor sebesar 12,71%serta Konstruksi sebesar 9,14%. (Grafik 6)
Sumber: BPS
Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) berdasarkan pulau besar di Indonesia, pertumbuhan tertinggi
terjadi pada Pulau Maluku dan Papua yang tumbuh sebesar 13,01%, diikuti
Sulawesi sebesar 6,47% dan Pulau Jawa sebesar 5,66%. Sedangkan berdasarkan
kontribusinya terhadap Perekonomian Nasional, Pulau Jawa sebagai pusat bisnis
dan ekonomi masih mendominasi sebesar 56,55%, diikuti oleh Pulau Sumatera
sebesar 22,03%, dan Pulau Kalimantan sebesar 8,29%. Pulau Maluku dan Papua
menjadi Pulau yang memiliki kontribusi paling kecil yaitu sebesar 2,51%.
(Grafik 7)
Sumber: BPS
Tren positif juga dapat terlihat dari
industri manufaktur di Indonesia, yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia
yang sebesar 51,3 pada bulan Juli 2022, stabil pada fase ekspansi sejak Oktober
2021 (Grafik 8).